MATARAM-Dua Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) mendapatkan job order dengan tujuan Arab Saudi. Jumlah yang diminta mencapai 1.500 orang. ”Pengiriman PRT ke Arab Saudi kembali dilakukan. Tentu kita berharap jangan ada lagi yang berangkat nonprosedural,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB I Gede Putu Aryadi pada media, Jumat (3/2).
Dibukanya penempatan PMI di sektor Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) tujuan Arab Saudi menggunakan konsep one channel system. Ini merupakan sistem satu kanal, mirip seperti pola perekrutan PMI ke Malaysia yang sudah mulai berjalan sejak tahun lalu. ”Pola baru ini diterapkan untuk memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi PMI yang bekerja di Arab Saudi,” tambahnya.

Ada poin penting dalam pengaturan teknis Sistem Penempatan Satu Kanal (SPSK) antara Indonesia dan Arab Saudi. Yakni mengatur proyek percontohan untuk penempatan PMI sektor domestik pada pengguna berbadan hukum (syarikah), bukan pengguna perseorangan.
Beberapa hal yang diatur di dalamnya adalah jenis pekerjaan, hingga area kerja hanya dilakukan di Makkah, Jeddah, Riyadh, Madinah, Dammam, Dhahran, dan Khobar.
”Gaji minimal dalam SPSK itu sebanyak 1.500 riyal per bulan. Di perjanjian kerja akan muncul gaji bulanan yang berhak diterima oleh PMI,” katanya.
Selain Arab Saudi, sejumlah negara Timur Tengah sudah mulai membuka keran pekerja migran asal Indonesia sejak tahun lalu. Hanya saja mereka mengkhususkan penerimaan PMI di sektor formal seperti perhotelan, rumah makan, ritel modern, perawat dan lain-lainnya. Sedangkan sektor PLRT selain Arab Saudi tidak dibuka. ”Sejak tahun lalu ada pemberangkatan khusus untuk pekerja sektor formal ke sejumlah negara di Timur Tengah,” imbuhnya.
Secara keseluruhan, PMI asal NTB yang berangkat ke negara penempatan selama 2022 sebanyak 17.225 orang. Pemberangkatan paling banyak banyak Oktober, November dan Desember.
Selain ke Malaysia, PMI NTB banyak yang berangkat ke Taiwan, Hongkong, dan Jepang. Tiga negara penempatan ini mengalami peningkatan pasca-pandemi. Yang menjadi tantangan P3MI pada saat pemberangkatan kemarin itu adalah harga tiket pesawat yang mahal.
Misalnya tujuan Malaysia biasanya Rp 1,6 juta, meningkat menjadi Rp 3 juta sampai Rp 4 jutaan. ”Pemberangkatan PMI sering ditunda, misalnya yang berangkat Oktober jadi November,” tutur Gede. (nur/r9)