MATARAM-Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) NTB menolak saran pemerintah untuk beralih ke berbagai jenis komoditas lain. Peralihan tersebut dinilai tak semudah membalikkan telapak tangan.
”Kalau pemerintah disuruh beralih pekerjaan, memangnya mau? Pasti sulit. Itu pun yang juga akan dialami petani tembakau,” tegas Hasmuddin, ketua APTI NTB.
Menurutnya, diversifikasi tanaman sendiri memiliki sejumlah poin yang sebelumnya harus diperhatikan pemerintah. Pertama, membuktikan pada petani bahwa komoditas baru memang memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan bagi petani. ”Jika memang bisa memberi keuntungan lebih, ya ayo. Dengan perhitungan risiko tadi” katanya.
Selanjutnya yakni kesulitan petani untuk mencari tanaman yang cocok untuk ditanam di lahan bekas tanam tembakau. Dia menjelaskan tentu petani yang paling tahu dan berhak menentukan mana yang akan ditanam. Ketiga yakni akses permodalan terkait bibit, pupuk, dan kebutuhan lainnya untuk meningkatkan hasil produksi. ”Tanaman baru pasti butuh modal besar untuk memanfaatkan usaha tani secara optimal,” jelasnya.
Kemudian terkait jaminan dan akses pasar serta harga yang sesuai. Sarannya, permintaan diversifikasi tanaman harus disertai dengan upaya-upaya menghubungkan petani dengan perusahaan yang bisa menyerap hasil produksi. Terlebih, perusahaan yang bertindak sebagai penyerap produksi hasil tani suatu komoditas berkaitan dengan kemudahan mendapatkan permodalan. Dengan memiliki akses pasar yang jelas, persoalan harga tak lagi menjadi kekhawatiran petani.
”Selama ini petani khawatir harga jual tidak seimbang dengan modal yang sudah dikeluarkanya,” keluhnya.
Berkaca dari pengalaman bertahun-tahun lalu, diversifikasi tanaman dari tembakau ke komoditas lainnya sudah pernah dilakukan. Hampir seluruh petani menanam dengan komoditas yang sama sesuai yang disarankan. Hasilnya ternyata tak sesuai harapan. Jika poin-poin tersebut terjawab, barulah para petani tembakau bersedia melakukan diversifikasi. ”Jangan sampai seperti dulu, buah semangka dan naga sampai dibuang ke kali saking melimpahnya. Padahal dulu pemerintah sendiri yang suruh tanam komoditas itu,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Muhammad Riadi mengatakan, penting bagi petani tembakau untuk mulai beralih. Khususnya seperti tanaman obat-obatan, maupun tanaman orientasi ekspor, hingga beragam jenis palawija.
”Memang tembakau kita secara kualitas diakui, tapi dengan adanya ancaman kenaikan harga cukai rokok itu, petani perlu rasional,” katanya.
Pihaknya yakin, estimasi pasar dapat dilakukan. Bearagam informasi tanam terbuka lebar, baik secara teknologi maupun manual. Dengannya petani dapat mengidentifikasi komoditas apa saja yang dibutuhkan masyarakat. ”Dengan analisa-analisa itu tentu kita mampu mengestimasi itu semua saat melakukan diversifikasi tanaman,” imbuhnya. (eka/r9)