MATARAM-Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB I Gede Putu Aryadi memastikan pemanfaatan teknologi tak akan menghambat penyerapan tenaga kerja manual atau daya manusia. Ia tak menepis jika kehadiraan teknologi memang ampuh membantu kinerja produksi bisnis pengusaha. Namun, tenaga manusia tetap dibutuhkan dalam upaya mengoperasikan atau pemanfaatannya.
”Jadi konsep yang didorong adalah tenaga kerja yang mampu menguasai tren teknologi dalam bidang apa pun,” ujarnya.

Dalam melatih tenaga kerja, sektor ini telah dipetakan. Salah satu yang menjadi tren yakni adaptasi pengembangan teknologi untuk digital marketing, hingga proses produksi beragam olahan beragam komoditas. Dengannya tantangan disrupsi alias atau inovasi bisnis ke taraf digital bagi kalangan tenaga kerja dapat diatasi. Perubahan dunia bisnis kepada era ini menuntut keterampilan bisnis dan cara kerja yang baru. Sebab era serba otomatis datang lebih cepat akibat tak terbendungnya laju digitalisasi sejak kemunculan pandemi. Selain tenaga kerja, pengusaha pun mau tak mau harus dapat beradaptasi dengan proses ini.
”Memang keduanya harus adaptasi teknologi, supaya tetap bisa bertahan. Jadi kemampuan ini yang digenjot khususnya di sektor naker,” imbuhnya.
Menurut Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Yustinus Habur, tantangan inovasi ini bukan hanya harus diwaspadai oleh kalangan pekerja. Namun juga pengusaha hingga pemerintah. Untuk itu, ketiga unsur ini harus bekerja sama untuk antisipasi dan menyambut dampaknya. Baik pada sektor mikro maupun makro.
Ia menambahkan, beberapa bentuk adaptasi juga bisa dilakukan dengan menghemat pengeluaran keuangan. Termasuk dengan kreatif pada keahliannya. Serta memanfaatkan KUR sebaik mungkin untuk mendorong keberlanjutan usaha, maupun pembentuk usaha baru. ”Dengan catatan, baik pekerja maupun pengusaha juga sudah mulai mampu mengenali dan beradaptasi dengan sektor ini,” imbuhnya. (eka/r9)