GIRI MENANG-Kasus penularan Malaria di awal tahun 2023 ini dilaporkan meningkat di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) hingga Februari lalu, tercatat 16 orang yang terjangkit penyakit ini. Sementara, di beberapa desa yang sebelumnya tidak pernah ditemukan, tahun ini muncul kasus Malaria.
Kabid P3KL Dinas Kesehatan (Dikes) Lobar, dr. H. Ahmad Taufik Fathoni menerangkan, dari total kasus tersebut, masing-masing ditemukan di Kecamatan Batulayar, Gunung Sari, dan Lingsar. “Di Batulayar dan Lingsar dalam dua-tiga tahun ini tidak ada, sekarang malah kita temukan ada kasus,” jelasnya.

Taufik menjelaskan, melihat adanya peningkatan kasus itu, pihaknya telah melakukan upaya pencegahan dan kontrol. Misalnya, dengan tetap mengontrol kebersihan lingkungan wilayah-wilayah yang ditemukan kasus baru. “Biar tidak merebak,” ujarnya.
Kemudian sebagai upaya pencegahan, pihaknya menabur obat pembunuh jentik nyamuk atau Abate di aliran sungai. Cuma masalahnya, ini kadang tidak efektif karena aliran sungainya kadang terlalu panjang. “Itu harus kita tabur Abate yang banyak,” jelas Taufik.
Taufik menambahkan, Malaria inj muncul di air kotor, serta alirannya tidak lancar. Ketika terjadi genangan dan airnya kotor, maka akan muncul jentik. “Sehingga kita juga minta agar masyarakat punya kesadaran menjaga kebersihan sungainya,” pesannya.
Dia mengaku, di beberapa tempat, ditemukan sungai dikotori oleh masyarakat sendiri. Taufik mencontohkan di Desa Bukittinggi, Kecamatan Gunung Sari. Desa penghasil gula aren ini, terdampak banyak warganya yang merendam cetakan gula merah di sungai dalam jangka waktu cukup lama.
Padahal, lanjutnya, ini menjadi awal mulanya muncul jentik nyamuk. Sebab, ketika cetakan gula merah yang direndam tidak langsung diangkat, akan membuat sungai kotor dan akan muncul jentik. “Karena itu tadi, cetakan gula merah direndam lama di air menggenang,” tutup Taufik. (bib/r3)