Senin, 5 Juni 2023
Senin, 5 Juni 2023

Prediski BMKG, Musim Kemarau Segera Datang

GIRI MENANG-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kediri dalam rilis beberapa waktu lalu menyampaikan, bahwa tahun ini musim kemarau di wilayah Provinsi NTB datang lebih awal, termasuk juga Kabupaten Lombok Barat. Dari keterangan BMKG itu, sebagian wilayah Lobar sudah memasuki kemarau pada dasarian kedua Bulan Maret.

Tetapi kenyataannya, hingga dasarian ketiga bulan ini, masih saja terjadi hujan. Menanggapi hal tersebut, Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Kediri Restu Patria Megantara mengatakan, tibanya kemarau di dasarian kedua tersebut merupakan perkiraan paling awal masuknya musim kemarau.

“Kabupaten Lombok Barat memang masih belum memasuki musim kemarau, jadi wajar jika di Lombok Barat dan Pulau Lombok secara umum, masih ada hujan,” jelasnya kepada Lombok Post, Senin (27/3).

Baca Juga :  Dewan Minta Penanganan Jalan di Lobar Dapat Porsi Anggaran Lebih

Dia mengatakan, perkiraan BMKG, paling cepat masuk musim kemarau pada  dasarian dua bulan Maret. Kemudian paling lambat Bulan Mei dasarian kedua. “Dan paling lambat (masuk musim kemarau di NTB) Mataram dan Lombok Barat, yang diperkirakan masuk Bulan Mei,” katanya.

Sementara, di kabupaten lain seperti Bima, intensitas hujan sudah mulai rendah. Artinya, perubahan iklim dengan datangnya kemarau lebih awal tetap sesuai dengan prediksi BMKG sebelumnya. “Sampai sekarang masih belum ada tanda akan terjadi perubahan atau belum ada tanda-tanda prediksi BMKG akan meleset,” ujar Restu.

Dia menjelaskan, jika melihat intensitas hujan saat ini, sebenarnya sudah menunjukkan, bahwa kemarau akan segera datang. Dalam satu pekan terakhir ini, intensitas hujan berkisar antara 30-20 melimeter. Sementara, pada dasarian kedua Maret lalu, akumulasi curah hujan berkisar 51-100 mm.

Baca Juga :  Prediksi BMKG, Cuaca Ekstrem hingga Pertengahan Maret

“Artinya, intensitas hujan semakin rendah. Acuan BMKG batas musim hujan dan kemarau, akumulasi intensitas hujan dalam 10 hari itu antara 50 mm. Itu tanda awal musim kemarau. Bukan berarti hujannya hilang sama sekali,” tambah Restu.

Terkait potensi kemarau datang lebih awal ini, tambah Restu, otomatis akan berdampak terhadap situasi kekeringan di tengah-tengah masyarakat. Seperti kekurangan air bersih hingga potensi bencana lainnya. “Mulai dari ancaman gagal panen hingga kebakaran hutan,” tutupnya. (bib/r3)

Berita Terbaru

Paling Sering Dibaca

Subscribe for notification