Sebanyak 20 kasus Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah ditemukan di Indonesia. Situasi ini membuat kasus Covid-19 melonjak rata-rata di atas 1.000 kasus sehari. Belum terlalu banyak penelitian terkait subvarian ini namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan sebagai varian yang menjadi perhatian. Gejalanya diprediksi tak terlalu jauh dari Omicron sebelumnya.
Sementara penelitian baru di Inggris, secara keseluruhan, populasi memiliki tingkat kekebalan yang besar dengan tingkat vaksinasi yang relatif tinggi dan paparan virus selama dua tahun. Namun demikian, kewaspadaan adalah kuncinya.

Semua negara di dunia diminta mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memerangi BA.4 dan BA.5 jika menjadi masalah. Penelitian dari Imperial College London telah menemukan infeksi dengan varian Omicron tidak banyak meningkatkan kekebalan seseorang.
“Terinfeksi Omicron tidak memberikan dorongan kuat untuk menambah kekebalan terhadap infeksi ulang dengan Omicron di masa depan,” kata Profesor Rosemary Boyton dari Imperial College
Rekan penyelidik pada profesor studi Danny Altmann menambahkan Omicron varian baru diduga dapat lolos dari kekebalan yang sangat tersembunyi. Sejumlah gejala diprediksi mirip dengan varian Omicron sebelumnya. Apa saja?
Laporan AL, gejala tampak konsisten dengan subvarian sebelumnya, dan sebagian besar ringan, dingin, atau seperti alergi. Gejala yang paling umum termasuk batuk, kelelahan, hidung tersumbat atau pilek.
Gejala tradisional lama Covid-19 juga telah dilaporkan, termasuk demam atau meriang, sesak napas atau kesulitan bernapas, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau baru, mual atau muntah, dan diare. Varian ini mudah menginfeksi ulang seseorang dengan Covid-19 Omicron sebelumnya. (jpg)