Jumat, 31 Maret 2023
Jumat, 31 Maret 2023

Sensasi Wisata Virtual ala Geotourism Festival 2020

Bangun Imajinasi, Cara Cerdik Promosi di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 membuat banyak industri mati suri. Pelaku wisata mencoba beradaptasi. Salah satunya dengan menggelar wisata virtual. Konsep itu diterapkan dalam Geotourism Festival 2020, Juli lalu. Wisata virtual ini menjadi yang pertama di Indonesia.  

 

SIRTUPILLAILI, Mataram

 

EDY Anugrah dan Hanan terus melihat arah jarum jam. Beberapa saat lagi mereka harus memandu perjalanan puluhan turis sekaligus. Rasa gugup bercampur senang berkelindan dalam diri dua guide senior itu. Bukan karena banyaknya turis, tapi karena berhadapan dengan layar monitor.

Memandu perjalanan wisata, bagi keduanya sudah jadi makanan sehari-hari. Tapi kali ini mereka agak kikuk. Mereka akan memandu perjalanan melalui layar laptop, sementara para turis berada di rumah masing-masing.

Dalam tour kali ini, turis dan guide berada di negara berbeda. Semua aktivitas wisata dilakukan secara virtual. Peran kedua guide ini sangat menentukan, apakah perjalanan wisata virtual pertama ini berkesan atau tidak.

Pukul 15:00 Wita, acara geotour harusnya dimulai, tapi tiba-tiba terjadi gangguan koneksi. Panitia pun gugup dan berusaha mengatasi masalah koneksi internet. Edy  sendiri berusaha tenang dan tetap fokus pada tugasnya. Sesi tour pun tertunda hampir sejam, dan baru dimulai pukul 16:00 Wita.

Atraksi tarian Samalas

Untungnya, setelah gangguan koneksi teratasi, geotour berjalan lancar. Edy dan Hanan sebagai pemandu melahap sesi itu dengan cekatan. Mereka memandu 49 orang peserta di rute tiga dengan tema Rinjani cultural landscape.

Rute ini dimulai dari Gerbang Tembolak di Kota Mataram, kemudian ke situs Batu Bolong, Lombok Barat. Setelah itu menuju air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep di Lombok Utara. Perjalanan berakhir di rumah adat di Gumantar dan Bayan, Lombok Utara.

Alhamdulillah peserta sangat antusias, beberapa orang bahkan meminta lagi, kalau tidak salah dia presiden Unesco Global Geopark,” tutur anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) ini.

Pengalaman pertama menjadi pemandu wisata virtual memberi Edy dan Hanan pelajaran luar biasa. Terlebih guide lokal seperti dirinya masih agak gaptek. ”Ini ilmu yang tidak ternilai, pengalaman yang benar-benar berharga,” kata, pria 47 tahun itu.

Memandu wisata secara virtual cukup menantang. Selama ini, mereka terbiasa membawa turis jalan-jalan secara langsung ke destinasi wisata. Mereka bisa melihat dan merasakan langsung sensasi alamnya.

Tapi dalam wisata  virtual, pemandu dituntut membangun imajinasi para pelancong tentang destinasi yang dijelaskan. ”Tantangannya di situ. Bagaimana kita mengarahkan audien yang tidak kita lihat itu benar-benar merasakan atmosfernya,” katanya.

Agar suasana perjalanan tetap hidup, pemandu wisata harus tandem. Sehingga tidak terkesan monolog dan membosankan. ”Cara ini sangat membantu sehingga suasana lebih hidup, kami pun lebih rileks,” kata Hanan, pasangan duet Edy.

Tidak kalah pentingnya, mereka juga akhirnya belajar intonasi bahasa yang tepat agar penyampaian informasi diterima dengan baik oleh audien. ”Kita harus membuat meraka benar-benar merasa berada di Lombok,” katanya.

Untungnya, selama geotour mereka didukung tim IT yang jago-jago. Setiap destinasi ditampilkan dalam gambar 360 deajat, sehingga semua sudut geosite terihat jelas. ”Jadi kami bisa menjelaskan lebih mudah,” kata Hanan.

Dalam sesi virtual tour tersedia tujuh paket wisata virtual yang bisa dipilih para peserta. Antara lain trail to the most complete eruption history of rinjani di Desa Tanak Beak, Lombok Tengah. A walk to remember in ancient caldera of Sembalun di Desa Sembalun, Lombok Timur. Kemudian Rinjani cultural landscape di Desa Senaru, Lombok Utara.

Juga ada exotic Tambora di Gunung Tambora, Dompu dan wild life bird watching transition type of Asian, Australian Avifauna di TWA Kerandangan, Lombok Barat. Serta geosite di luar NTB yakni Poso, Sulawesi Tengah.

Baca Juga :  Sumbawa Akhirnya Nikmati Elpiji Subsidi

 

Berkah di Balik Pandemi

 

Wisata virtual seperti itu benar-benar berkah bagi pelaku wisata.  ”Ini menjadi solusi, ke depan kami punya rencana mengembangkan konsep paket wisata virtual,” kata Edy.

Guide  lokal seperti dirinya juga sangat terbantu dari sisi penghasilan. ”Empat bulan kami menganggur karena tidak ada tamu, ini event pertama yang membuat kami bekerja lagi,” katanya.

Dalam kondisi normal, para guide rata-rata mendapatkan pemasukan Rp 7,5 juta sebulan. Edy sendiri bisa mendapatkan Rp 11 juta sebulan. Tapi selama pandemi penghasilan kosong, sementara cicilan bulanan menumpuk. ”Benar-benar sulit situasi sekarang,” keluhnya.

Tidak hanya guide, manfaat wisata virtual ala Geotourism Festival 2020 juga dirasakan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Booth virtual juga tersedia di sini. Peserta bisa berbelanja dan membeli produk-produk lokal secara online.

”Ini kesempatan bagi kami sebagai ajang promosi,” kata Sanawiyah, salah satu pemilik UMKM sekaligus ketua pengelola wisata Hiu Paus, di Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa.

Selama acara 200 orang berkunjung ke lapaknya secara online. Beberapa orang langsung memesan produknya. Karena sudah terbiasa jualan online mereka tidak punya kendala dalam transaksi. ”Apa pun kalau tidak online sekarang ini tidak laku di pasaran,” ujarnya.

Desa Labuhan Jambu terletak di pesisir Teluk Saleh. Warga mengembangkan objek wisata Hiu Paus sebagai destinasi andalan. Sejak 2015 hingga 2019 tercatat jumlah pengunjung 500 orang. ”Jumlah wisatawan memang kami batasi maksimal lima orang satu rombongan,” katanya.

Ia berharap, selama pandemi event wisata virtual lebih banyak lagi digelar sehingga lebih banyak mengangkat potensi lokal.

Ratih Asmarani, peserta Geotourism Festival asal Denpasar, Bali mengaku senang mengikuti acar tersebut. ”Saya mendapat pengalaman baru sekaligus banyak pembelajaran tentang pengembangan geotourism di berbagai wilayah,” tuturnya.

Fitur penggunaan website Geotourism Festival sangat mudah, lengkap dan menarik. Sehingga pengunjung dengan mudah mencari informasi dan mengikuti rangkaian acara dengan baik.

Rangkaian acara pun dikemas dengan baik, namun di beberapa sesi ada kendala teknis seperti sinyal dan resolusi video yang tidak konsisten. ”Terkadang tidak sinkron antara suara dan gambar,” katanya.

Overall pengalaman saya mengikuti Geotourism Festival sangat seru dan menarik,” tambahnya.

Wisata virtual, kata Ratih, memang menarik, tapi sensasinya jelas berbeda ketika datang dan melihat langsung. Sebab wistawan bisa merasakan keadaan lingkungan sekitar secara real time. ”Namun pengalaman jalan-jalan secara virtual cukup menarik. Sensasi digital yang didapat membuat kita tidak harus benar-benar berada di lapangan,” katanya.

Ia menyarankan, ke depan penyelenggaraan event wisata virtual harus didukung koneksi internet yang kuat sehingga tidak ada gangguan saat acara berlangsung. ”Juga bisa dibuat lebih interaktif dan lebih banyak option tempatnya,” sarannya.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) NTB Kusnadi menyambut baik kegiatan tersebut. ”Peserta tidak sekedar jalan-jalan, tapi juga mendapatkan edukasi tentang sejarah dan kekayaan geologi di Lombok,” katanya.

Kusnadi yang juga terlibat aktif dalam acara itu menjelaskan, Geotourism Festival digelar sebagai salah satu solusi di tengah keterbatasan orang melakukan perjalanan. ”Ke depan NTB bisa jadi contoh, karena ini satu-satunya di dunia (virtual geotourism), belum ada yang melakukan,” katanya.

NTB, kata Kusnadi, bisa menjadi pelopor pengembangan wisata virtual di Indonesia. ”Sehingga pariwisata bisa tetap hidup meski ada pandemi seperti sekarang,” harapnya.

Virtual Geotourism Festival 2020 berlangsung dua hari, 15-16 Juli dan diikuti 492 orang peserta. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan beberapa perserta dari luar negeri seperti Jepang, Tiongkok, Malaysia, Australia, dan negara-negara benua Eropa.

 

Paksa Pelaku Wisata Berubah 

 

Ketua Panitia Geotourism Festival 2020 Meliawati menuturkan, ide geotourism festival bermula ketika ia mengikuti pelatihan virtual event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan Australia Marketing Institute (AMI).

Baca Juga :  Pemprov Akan Cari Sumber Lain untuk Tutupi Kekurangan Dana Percepatan Jalan

Salah satu syarat mengikuti pelatihan, perserta harus memiliki rencana kegiatan virtual. Ia pun terpikir membuat virtual geotourism, namun kala itu baru sebatas ide. ”Teknis pelaksanaannya saya belum tahu sama sekali karena belum pernah ada,” kata pengurus Unesco Global Geopark (UGG) Rinjani-Lombok ini.

Setelah melalui  pelatihan dan seleksi usulan secara ketat, ide virtual geotourism festival akhirnya diterima. Tentu dengan beberapa penyempurnaan konsep acara. ”Penyelenggaraan didukung penuh Kemenparekraf,” katanya.

Di awal-awal, Meliawati mengalami kesulitan mencari lembaga yang bisa diajak kerja sama. Sebab belum ada lembaga yang berpengalaman di Indonesia. Para pelaku wisata dan UMKM juga harus bersusah payah diyakinkan untuk mau terlibat. ”Dari awal sampai mau mulai acara susah banget, banyak sekali  masalah teknis,” tuturnya.

Akhirnya ia membentuk tim yang sama-sama baru belajar. Waktu yang dimiliki untuk persiapan pun hanya sebulan. Kadang masalah teknis seperti perserta tidak bisa login membuat panik. ”Saya sebut ini event noaq  (nekat), kami sama-sama belum pernah,” katanya.

Acara tersebut melibatkan delapan orang panitia inti, 14 orang tour guide, 50 orang untuk pertunjukan seni dan budaya, dan tujuh orang relawan. ”Karena kita belum tahu bentuk acaranya, jadi gugupnya pas acara mau dimulai,” katanya.

Pada akhirnya semua masalah bisa ditasi dengan kesabaran menjelaskan konsep acara ke tim. ”Mereka semua sudah jago cuma belum terbiasa dengan virtual event,” ujar ahli geologi ini.

Meski menghadapi banyak tantangan, apresiasi datang dari banyak kalangan. Diantaranya forum-forum geopark dunia, para geolog, bahkan Bappenas menyebut Geotourism Festival sebagai acara virtual terbaik sampai saat ini.

Acara geotourism festival  terdiri dari pameran dan eksebisi pelaku wisata dan UMKM, webinar, virtual tour, dan pertunjukan budaya dan musik jazz.

Panitia menyediakan 30 booth virtual untuk para pelaku wisata dan pelaku UMKM di Lombok dan Sumbawa.  Panitia bekerja sama dengan Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) untuk mengisi booth pameran virtual.

Acara webinar mengangkat tema tentang geowisata, terdiri dari tiga sesi dengan topik-topik menarik yang disampaikan praktisi geowisata berskala internasional. Seperti “Geoturism Development in Asia Pacific” oleh Prof. Jin Xiaochi, presiden Asia Pacific Geoparks Network (APGN).

Kemudian “Success Story of Geoturism Development in Japan” oleh Dr Atsuko Niina dan  Yoshie Nakada dari Jaringan Geopark Jepang. Serta “How to Create Geoturism Package” oleh Prof Noel Scott dari University of Sunshine Coast-Australia.

Kemudian virtual tour yang memberdayakan pelaku wisata di masing-masing kawasan. “Mereka kami dilibatkan sebagai interpreter lokal yang memandu wisata virtual secara interaktif,” katanya.

Selain memberdayakan pelaku wisata, acara itu sekaligus memperkenalkan virtual tour sebagai potensi ekonomi baru di bidang pariwisata. ”Ke depan dalam kondisi apa pun, para pelaku wisata masih tetap bisa produktif,” harapnya.

Meliawati menambahkan, peserta festival melibatkan Jaringan Geopark Indonesia (JGI), Jaringan Geopark Asia Pasifik (APGN), dan Jaringan UNESCO Global Geopark di seluruh dunia. Selain itu, mereka juga mengundang kelompok-kelompok komunitas, asosiasi, akademisi, pelajar, dan dan masyarakat dalam negeri dan luar negeri. ”Ini promo yang luar bisa bagi daerah,” katanya.

Kepala Dinas Pariwisata NTB H Lalu Mohammad Faozal menilai, konsep wisata virtual sangat bagus digelar di tengah pandemi. ”Konsepnya membangun imajinasi. Orang berimajinasi untuk bisa hadir di geopark Rinjani setelah kondisi normal,” katanya.

Virtual tourism juga merupakan pemanasan untuk menyambut wisatawan setelah situasi normal kembali. ”Kita memanaskan mesin pariwisata tidak dengan mengumpulkan orang tetapi membangun imajinasi orang,” ujarnya. (*/r6)

 

Berita Terbaru

Paling Sering Dibaca

Enable Notifications OK No thanks