Lalu Armin Suhaidin, pemuda asal Desa Pohgading, Kecamatan Pringgabaya mendapat penghargaan sebagai Pemuda Inspiratif Sepak Bola Lotim dari Asosiasi Kabupaten PSSI Lotim. Hal itu ia dapatkan atas kiprahnya sebagai masseur atau tukang pijat tim nasional sepak bola Indonesia.
———-
Armin tersenyum lebar saat menerima piagam penghargaan PSSI Lotim yang diserahkan Bupati Lotim HM Sukiman Azmy. Apresiasi tersebut diberikan padanya pada hari pelantikan pengurus Asosiasi Kabupaten Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Lotim di pendopo bupati, Sabtu (15/1) lalu.
“Alhamdulillah, bersyukur sekali diberi penghargaan. Semoga menjadi motivasi untuk bekerja lebih baik lagi,” kata Armin pada Lombok Post.
Armin merupakan sarjana Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Pemuda 36 tahun itu mengawali karirnya sebagai tukang pijat pada 2012 lalu. Saat itu, ia yang masih duduk di bangku kuliah ditawari dosennya untuk melamar sebagai bagian dari tim medis timnas.
Kata Armin, saat itu, timnas U 16 akan mengikuti kompetisi piala AFF U-16 di Myanmar. “Setelah itu saya mengirim CV dan alhamdulillah diterima,” jelasnya.
Saat itu, timnas menjadi runner-up di piala AFF U-16. Dari sana, ia kemudian mencatatkan diri sebagai bagian dari tim medis timnas yang kemudian berlaga di berbagai kejuaraan.
Armin mencatat, pada 2016 timnas senior meraih runner-up. Kemudian runner-up Seagames 2019. Dan yang membanggakannya adalah juara piala AFF U-23 pada 2019. “Dan terakhir runner-up piala AFF 2020 kemarin,” jelasnya.
Menjadi bagian dari timnas tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Armin. Melalui kesempatan tersebut, ia selalu berharap jika ke depan tidak hanya di tim medis saja ada pemuda dari Lombok yang menjadi bagian dari timnas Indonesia. Tapi juga pemainnya.
“Setiap kali menemani para pemain timnas bertanding, saya selalu berharap seperti itu,” tuturnya.
Apa yang dikerjakan Armin dalam membantu timnas meraih kemenangan dalam setiap pertandingan diapresiasi Ketua PSSI Lotim Rumaksi. Menurutnya, talenta-talenta seperti Armin tidak menutup kemungkinan sangat banyak bertebaran di setiap daerah.
“Tinggal bagaimana mereka mendapatkan ruang untuk dibina, tumbuh dan berkembang,” tegasnya. (fatih kudus jaelani/r5)
