Senin, 5 Juni 2023
Senin, 5 Juni 2023

Mahalnya Harga Hotel Dikhawatirkan Jadi Preseden Buruk bagi Pariwisata NTB

Banyak pihak yang khawatir, fenomena melambung tingginya harga kamar hotel saat event MotoGP ini bisa berdampak buruk bagi keberlangsungan sektor pariwisata NTB di masa datang.

“Harus kita akui. Hal itu bisa menjadikan tamu hotel berpindah. Memilih menginap di Bali misalnya,” kata Pengamat Pariwisata Taufan Rahmadi.

“Boleh kita dapat untung, tapi jangan sampai wisatawan menilai hal ini sebagai aji mumpung,” katanya menambahkan.

Pendapat Taufan tersebut diamini Sahlan. Dia juga khawatir, harga kamar hotel yang dipatok sangat tinggi akan menimbulkan preseden buruk bagi dunia pariwisata di NTB. Membuat wisatawan mengurungkan niatnya untuk menginap di hotel-hotel di Lombok maupun Sumbawa. Dan memilih untuk menginap di Bali.

Potensi berpalingnya akomodasi wisatawan ke Bali, bisa disebabkan harga kamar hotel yang tinggi di Lombok. Selain itu, hotel-hotel di Bali berani menawarkan harga kamar yang miring, ditambah dengan pelayanan transportasi kapal cepat murah untuk ke Lombok.

”Relevan. Mereka dapat di Bali hotel Rp 500 ribu, terus naik ferry atau kapal cepat, habisnya tidak sampai sejuta,” beber Sahlan.

Dewantoro menyodorkan hitung-hitungan sederhananya betapa paket wisata MotoGP menjadi sangat mahal akibat harga hotel yang melambung. Misalnya, biaya yang harus dikeluarkan wisatawan hanya untuk penginapan mencapai Rp 3 juta per malam. Untuk tiga malam empat hari saja, otomatis sudah menghabiskan sekitar Rp 9 juta. Ini masih diluar harga tiket transportasi pulang pergi sekitar Rp 1,5 – 2 juta. Belum tiket menonton event, dan juga transportasi dari penginapan ke sirkuit.

Itu sebabnya, siapapun pasti akan sangat kesulitan menentukan berapa harga paket wisata yang akan dijual. Sebab, jumlah yang harus dibayarkan wisatawan sebelum biaya berwisata saja sudah sangat besar.

Akibatnya, dibanding memanfaatkan jasa pengusaha lokal, wisatawan bisa beralih menggunakan travel agen dari luar daerah yang bisa memberi tarif lebih murah. “Di sini harus keluarkan uang Rp 10 jutaan. Tapi di Bali ditawarkan Rp 6-7 jutaan saja, ya mereka lebih milih nikmati yang dari Bali,” kata Dewantoro.

Baca Juga :  Hatmi Erawati, Warga Sayang-Sayang Pembuat Tepung Mocaf Kaya Nutrisi

Kamar Hotel Terbatas

Harus diakui, ketersediaan kamar hotel memang terbatas. Itu sebabnya, harga pun melambung tinggi. Manajer Hotel Lombok Raya yang juga pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB I Gusti Lanang Patra mengungkapkan, saat ini jumlah kamar hotel berbintang di NTB sedikitnya 10.000 kamar. Jumlah tersebut sangat jauh dibanding perkiraan jumlah penonton MotoGP yang akan datang ke Lombok.

Komandan Lapangan MotoGP Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto mengungkapkan, total jumlah tiket yang disiapkan untuk event MotoGP mencapai 63.400 tiket. Sebanyak 10 ribu penonton diperkirakan akan berasal dari masyarakat di NTB. Sisanya yakni 53 ribu diperkirakan akan berasal dari luar daerah. Sehingga, jika dibanding dengan jumlah kamar hotel berbintang yang tersedia, berarti masih kurang 40 ribu kamar.

Tapi, tentu, tak semua penonton yang datang menginap di kamar hotel berbintang. Tentu ada homestay. Ada juga di fasilitas-fasilitas camping ground. Pemerintah bahkan kata Hadi masih akan mendatangkan empat kapal PELNI yang akan berlabuh di Pelabuhan Gili Mas di Lembar. Para penonton bisa menyewa kamar-kamar di kapal tersebut untuk menginap selama menonton MotoGP.

Selain itu, akan didatangkan pula kapal pesiar. Tentu dengan harga sewa kamar yang lebih tinggi. Setidaknya saat ini sudah siap dua kapal pesiar untuk berlabuh di Gili Mas. Kamarnya juga bisa disewa penonton.

Selain itu, Asosiasi Pemilik Kapal Pinisi juga siap mendatangkan 700 kapal Pinisi saat event MotoGP. Satu kapal memiliki lima kamar yang bisa juga disewa oleh para penonton selama perhelatan MotoGP.

Untuk saat ini, kondisi pun juga bisa dibilang belum penuh-penuh amat. Di Lombok Tengah misalnya. Untuk hotel-hotel berbintang di kawasan ini yang terpusat di Mandalika, sudah pasti akan disewa oleh para kru dan offisial MotoGP. Namun begitu, saat ini masih ada space tersedia sebanyak 20 persen yang bisa dipesan untuk wisatawan.

Baca Juga :  Catatan Pariwisata 4 Tahun Zul-Rohmi: Janji, Implementasi, dan Rekomendasi

“Jadi, jangan sampai pada bilang penuh semua sehingga tamu malah jadi enggan menginap ke sini,” kata Mandalika Hotel Association Samsul Bahri.

Senada, Ketua Asosiasi Hotel Mataram Yono Sulistyo juga mengatakan, okupansi selama 18-21 Maret sudah mencapai 90 persen. Sebanyak 10 persen, memang masih dikosongkan. Kamar-kamar tersebur sebagian memang dirasa kurang representatif untuk menjamu tamu. Misalnya, masih dalam kondisi perbaikan sarana dan prasarana dan sejenisnya. Secara keseluruhan, di Mataram, ada 2.758 kamar hotel berbintang yang sudah siap untuk wisatawan yang akan menonton MotoGP.

Terkait harga tiket, dia memastikan, semua hotel di Mataram memag menerapkan BAR 1 (Best Available Rate) saat MotoGP. Namun, meski harga tersebut terlihat tinggi bagi konsumen, harga itu sebetulnya adalah harga normal katanya.

“Kenaikan harga ini wajar saja dilakukan para pengusaha hotel. Kembali ke kondisi demand dan supply,” katanya.

Yang masih lowong sebetulnya adalah kawasan Gili Tramena (Trawangan, Meno, Air). Hingga saat ini masih sepi pesanan. Sederet permintaan memang ada, namun pengusaha membutuhkan down payment konsumen untuk memutar kembali sedikitnya roda operasional hotel. Di kawasan wisata andalan NTB ini, sekitar 6.000 kamar tersedia di kawasan tiga gili. Jika satu kamar diisi dua tamu. Maka di Gili Trawangan saja cukup untuk menampung sekitar 12.000 penonton.

Sayangnya, hingga kini sekitar 70 persen properti di sana masih menutup operasional. Namun begitu, pengusaha sebetulnya sudah siap. Namun begitu, jangan harap harganya murah pula. Ketua Gili Hotel Association Lalu Kusnawan menegaskan, pengusaha perhotelan pasti akan menaikkan harga jika kondisi permintaan mulai membludak. Hal ini menjadi hukum dagang yang sah saja dilakukan. Salah satu pertimbangannya adalah momentum ini sebagai ajang mengembalikan kembali omzet yang hilang selama pandemi. (dit/eka/kus/r6)

 

 

Berita Terbaru

Paling Sering Dibaca

Subscribe for notification