ABDUL Hanan Khan lahir di sebuah dusun kecil bernama Genteng di Desa Suwangi Timur, Kecamatan Sakra tahun 2003. Setelah tamat di MA Mualimin NWDI Pancor pada 2021, ia yang gagal masuk TNI mencoba peruntungan di bisnis ekspor. Dengan PT Rinjani Nusantara Internasional yang ia dirikan awal 2022, kini ia telah berhasil menjual barang ke berbagai negara dengan nilai transaksi miliaran rupiah.
—-

Abdul Hanan Khan tak terlihat sebagai remaja 19 tahun saat berdiri gagah mengenakan kemeja merah terang di depan kontainer yang mengangkut 38 ton charcoal briket ke Uni Emirate Arab. Dia memang terlihat beberapa tahun lebih lebih dewasa dari usia sesungguhnya.
“Customer saya dari Eropa dan kebanyakan dari timur tengah juga rata-rata tidak tahu kalau saya baru berusia 19 tahun,” kata Hanan sambil tersenyum saat ditemui Lombok Post di rumahnya, kemarin (19/3).
Hanan baru saja tiba dari Surabaya dengan kesuksesan menjual 38 ton arang Jawa Timur ke Uni Emirat Arab. Lombok Post pun segera mendalami perjalanan Hanan dalam meraih capaiannya saat ini. Tak terlalu jauh, cerita dimulai dari saat ia menamatkan pendidikan di MA Mualimin NWDI Pancor pada 2021 lalu.
Tak lama setelah tamat, Hanan memang tak berniat melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Ia memilih mendaftar menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kendati memenuhi syarat dengan tinggi 172 centimeter, ia gugur dalam seleksi penetapan kelulusan akhir. Gagal jadi TNI, pada akhir 2021, ia pun iseng mengikuti sebuah pelatihan bisnis ekspor online di ekspor akademi.
Dua bulan mengikuti pelatihan, ia langsung mendirikan perusahan ekspor bernama PT Rinjani Nusantara Internasional. Perusahaan barunya tersebut ia rintis dengan mencoba menjual nanas ke luar negeri. Tak butuh waktu lama untuk gagal di upaya pertamanya itu. Ketahanan barang menjadi persoalan.
Dari nanas ia berpindah ke batok kelapa di Korleko. Seperti halnya nanas, persaingan harga membuatnya tak bertahan lama. Kegagalan demi kegagalan yang ia alami tak membuat Hanan putus asa. “Kegagalan bukan akhir, gagal hanyalah satu tangga menuju kesuksesan,” tuturnya.
Dengan modal seadanya, ia pun terbang ke Jawa Timur. Di sana ia melirik briket atau arang. Beberapa bulan menjajaki bisnis tersebut, ia pun langsung mendapatkan pembeli dari Qatar. Setelah itu berlanjut ke Australia, Lebanon, dan Uni Emirat Arab. Dari ratusan juta, barang yang ia jual sekarang mencapai miliaran rupiah.
Hanan mengaku sangat terbantu dengan pengetahuan bahasa Arab dan Inggris yang ia pelajari selama di pondok pesantren. Tidak hanya itu, budaya santri juga menjadi kunci keberhasilannya saat ini. (fatih/r5)