Sepi. Itulah yang dirasakan Hj Ratna, seorang pedagang daging sapi di Pasar Dasan Agung. Penjualan menurun drastis sejak merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK).
ALI ROJAI, Mataram
PASAR Dasan Agung tidak terlalu ramai waktu itu. Dilantai bawah sejumlah pedagang kebutuhan pokok berjajar. Mereka menunggu pembeli. Hj Ratna, seorang pedagang daging sapi terlihat sibuk. Menggunakan celemek dengan pisau ditangannya terus memotong daging dimeja jualannya. “Sepi sekarang,” kata Ratna mengeluh.
Masyarakat yang mencari daging sapi belakangan ini sepi. Sejak mewabahnya virus penyakit mulut dan kuku (PMK) penjualan daging sapi menurun drastis. Tidak seperti sebelum-sebelumnya yang satu hari laku terjual sampai 50 kilogram. “Sekarang paling banyak kita jual 10 kilogram. Itu pun belum tentu habis terjual,” ucap perempuan berjilbab ini.
Dia tidak bisa menyembunyikan rasa kekecewaannya terhadap virus ternak ini. Gara-gara PMK penjualan daging sapi menurun drastis. Meski harga daging turun. “Kalau normal harganya Rp 140 ribu per kilogram di sini (Pasar Dasan Agung),” terangnya.
Namun lantaran sepinya pembeli sejak beberapa bulan ini harga daging sapi anjlok. Di pasar Dasan Agung harga daging sapi per kilogram dibanderol Rp 130 ribu. Bahkan ada juga yang harganya Rp 125 ribu per kilogram. “Mau tidak mau kita harus banting harga,” jelasnya.
Sepinya orang mencari daging sapi bukan terjadi beberapa hari ini. Namun saat ramainya informasi tentang PMK masyarakat jarang mencari daging. Dulu kenang dia, dalam sehari daging sapi laku terjual sampai 50 kilogram. Namun kini yang dijajakan 10 kiloram saja per hari belum bisa terjual semuanya. “Kadang hanya 5 kilogram yang laku sehari,” terangnya.
Ratna merasakan betul dampak dari virus PMK terhadap hasil jualannya. Meski kondisi sepi dia tetap berjualan ke pasar. Yang penting baginya sudah berusaha menjemut rezeki dengan tetap berjualan. “Kalau sekarang sedikit orang yang cari daging,” tutur Ratna.
Menurutnya, masyarakat jarang membeli daging sapi karena takut virus PMK. Warga enggan mau mengkonsumsi daging takut tertular yang berdampak pada kondisi kesehatan. Banyak warga yang beralih ke ayam broiler. “Daging ayam banyak yang laku sekarang ini,” ucapnya.
Stigma mengkonsumsi daging sapi akan terjangkit penyakit masih melekat ketika merebaknya kasus PMK. Untuk itu dia ingin pemerintah bisa turun tangan menyosialisasikan kepada masyarakat bahwa daging sapi yang akan dikonsumi tidak ada hubungannya dengan virus. Sehingga masyarakat yang mencari daging sapi di pasar kembali normal.
“Sejak virus PMK orang takut beli daging,” kesalnya. Padahal lanjut dia, gading sapi yang akan dikonsumsi tidak ada hubungannya dengan virus. “Daging yang kita jual juga kelas satu semua. Kalau yang ada lemaknya kita jula lebih murah,” terangnya. (*)