Kopi Rempek diproduksi Ida Susiwanti tidak hanya ada di sejumlah hotel di NTB. Namun juga ada di berbagai negara Eropa.
ALI ROJAI, Mataram
KOPI Robusta Rempek menjadi andalan Ida Susiwanti mengembangkan usahanya. Mantan PMI Malaysia kini bisa dibilang cukup sukses mengembangkan usaha kopi di Desa Rempek, Kabupaten Lombok Utara. Kopi Rempek dipanen para petani ini tidak hanya ditemukan di hotel berbintang di NTB, namun sampai keluar negeri. “Banyak dari luar negeri yang memesan,” terang ibu tiga anak.
Ida memiliki ilmu tentang kopi. Tidak hanya memproduksi bagaimana kopi rasanya menjadi enak. Namun dia juga mengajarkan para petani bagaimana memanen kopi dengan baik. Sehingga rasa yang dihasilkan cukup enak. Disamping itu, buah kopi saat panen juga tetap banyak. “Saat panen menentukan enak tidaknya kopi,” terang perempuan 37 tahun ini.
Ida terus menambah wawasan tentang kopi. Dia tidak ingin cara lama masih dilakukan para petani pada saat panen. Kopi robusta di Desa Rempek, KLU harus panen disaat buahnya benar-benar matang. Karena jika dipanen masih muda akan mempengaruhi kualitas rasa. “Kalau dipaksa panen saat masih muda rasanya tidak enak,” urainya.
Green bean hingga bubuk kopi dijajakan Ida untuk kopi robusta rempek. Dia memberikan pilihan kepada masyarakat untuk menikmati kopi. “Kita juga siapkan kopi yang sudah di roasting,” ujarnya. Untuk pemesanan kopi diroasting tergantung selera. Mau medium atau dark. “Rata-rata yang memiliki kafe kopi kerja sama dengan kita. Mereka ambil kopi di sini,” celetuknya.
Untiuk harga kata dia, tergantung kelas kopi. Mulai dari Rp 60 hingga Rp 150 ribu per kilogram. Biasanya untuk harga Rp 150 ribu per kilogram kopi yang panennya natural. Biji kopi diamkan dulu semuanya matang di pohon. “Kopi yang dipanen paling tidak buahnya matang sekitar 90 persen. Kopi ini tidak kita jual di pasar tradisional,” ucapnya.
Awal pandemi Covid-19 produksi kopi menurun. Namun begitu stok tetap ada. Kopi yang dipanen tidak sekaligus terjual semuanya. Sehingga disimpan menggunakan karung dilapisi plastik agar tidak ada udara yang masuk. “Kalau disimpan seperti ini rasanya akan tetap enak meski disimpan bertahun-tahun. Aroma yang dikeluarkan lebih menggoda,” terang Ida.
Menurutnya, kapasitas produksi perkebunan kopi kelompok yang dikelolanya mencapai 500 kilogram per hektar sekali panen. Hasil kopi tersebut kini diekspor dengan permintaan sebanyak 20 ton per bulan. Ada juga sejumlah produk kopi olahan yang telah dihasilkan kelompok tani. Seperti kopi bubuk rempek robusta red chery diproduksi IKM Mentari. Ada juga kopi bubuk Kopi Jantan Tangguh dan berbagai produk lainnya. “Jadi selain bijinya, kita jual yang bubuk dengan berbagai kemasan,” pungkasnya. (*/r3)