INAQ Cah sangat beruntung dapat bekerja dalam usaha olahan pangan milki Kelompok Wanita Tani (KWT) Anggrek di Dusun Kebun Sirih, Desa Pemepek, Kecamatan Pringgarata, Loteng. Upah yang didapat bisa membiayai anak sekolah dan kebutuhannya sehari-hari. Berikut ulasannya.
—-

Usai Inaq Cah sangat beruntung dapat bekerja dalam usaha olahan pangan milki Kelompok Wanita Tani (KWT) Anggrek di Dusun Kebun Sirih, Desa Pemepek, Kecamatan Pringgarata, Loteng. Upah yang didapat bisa membiayai anak sekolah dan kebutuhannya sehari-hari. Berikut ulasannya.
menyelesaikan kewajibannya di rumah, serta anak sudah berangkat ke sekolah, Inaq Cah bersiap-siap menuju rumah produksi KWT Anggrek. Jaraknya tidak begitu jauh dari rumah, sehingga Inaq Cah cukup hanya berjalan kaki.
Tepat pukul 08.30 Wita, Inaq Cah sudah berada di sana disusul beberapa ibu lainnya. Beberapa kesempatan mereka terlihat mengobrol sembari menunggu datangnya bahan-bahan yang akan diolah menjadi keripik atau makanan kecil.
KWT Anggrek tempatnya bernaung menjalankan usaha olahan pangan dan pemanfaatan pekarangan. Olahan pangan yang digunakan sebagian besar berupa sayuran dan buah-buahan. Mulai dari jamur tiram, brokoli, wortel, bawang bombai, pisang kepok, hingga cabai merah.
Tak berselang lama, sejumlah bapak-bapak pun tiba membawa dua keranjang besar berisikan jamur tiram hasil budi daya petani di sana. Inaq Cah dengan langkah sigap bersama ibu lainnya langsung berdiri dan mengambil terpal berukuran besar. Pertanda pekerjaannya pun dimulai.
Terpal berwarna biru itu pun digelar, disambut dengan bapak-bapak yang kemudian menumpahkan jamur tiram ke bagian tengah terpal. Menggunung hingga dua kuintal banyaknya.
Inaq Cah kemudian mengambil bungkusan plastik bening berukuran cukup besar. Dasternya yang berwarna hitam corak biru diangkat sedikit, agar ia bisa mengambil posisi duduk yang nyaman. Dirasa pas, ia pun memilah dan mensortir jamur tiram yang masih bagus.
“Yang masih bagus, tidak ada sobekan kita masukan ke plastik. Ini untuk dikirim ke restoran, rumah makan. Yang lain, sobek-sobek sedikit disisihkan untuk bahan keripik jamur dan sate jamur nanti,” ucap Inaq Cah di sela-sela pekerjaan pada koran ini.
Untuk pemilahan jamur ini, kurang lebih hanya dua jam waktu yang dibutuhkan. Jika hasil panennya banyak, dan tenaga yang mengerjakan juga banyak bakal lebih cepat lagi selesai.
Tuntas dengan jamur tiram, Inaq Cah bergeser ke ruangan lain. Disana sudah ada dua keranjang berisikan cabai merah besar dan bawang bombai segar. Inaq Cah kebagian tugas untuk membersihkan dan membelah cabai menjadi dua bagian. Biji-biji cabai didalamnya sengaja dikeluarkan. Sesuai permintaan yang memesan keripik cabai.
Tak ada kesulitan yang dialami Inaq Cah selama proses pembersihan cabai. Ibu beranak enam ini mengaku sudah terbiasa. “Palingan hanya tangan ini yang lumayan kepanasan, bilas pakai air nanti hilang,” ujarnya sembari menunjukkan jemari tangan yang mulai keriput.
Sesekali Inaq Cah merapikan jilbabnya yang berwarna krem, ia menuturkan, pekerjaan ini menjadi andalan sumber penghasilannya. Semenjak suami wafat dua tahun lalu, Inaq Cah menggantungkan hidup dari usaha olahan pangan KWT Anggrek.
“Upahnya bisa untuk kebutuhan sehari-hari, jajan anak sekolah, anak masih satu yang sekolah. Lainnya sudah nikah, ada juga yang bekerja ke luar negeri,” papar Inaq Cah.
Inaq Cah berharap usaha tempat dia bekerja ini dapat terus berjalan lancar dan diberi keberkahan. Sebab akan kemana lagi wanita berstatus janda seperti dirinya dapat bekerja dan memperoleh pendapatan untuk hidup sehari-hari. (ewi/r5)