LALU Surya Bakti sukses meraup cuan dari tempurung kelapa atau batok. Dia berhasil menyulap batok menjadi berbagai kerajinan yang bernilai rupiah. Berikut ulasannya.
—–

Lalu Surya Bakti menjadi satu-satunya perajin batok kelapa di Dusun Buntimba, Desa Bonder, Kecamatan Praya Barat, Loteng. Di tengah gempuran kerajinan gerabah di tempat tinggalnya, Surya lebih memilih menjadi perajin dengan bahan baku berbeda. Yaitu memanfaatkan limbah batok kelapa yang kerap dibuang warga.
Desa ini memang dikenal sebagai desa pembuat gerabah, khususnya kendi atau tempat minum khas Suku Sasak. Namun semakin lama bahan baku yang dibutuhkan kian menipis. Tanah-tanah perbukitan yang digali kini mulai rata dan menjadi pemukiman.
“Di saat bahan baku mulai berkurang, satu sisi kita juga berat melepas budaya membuat gerabah khas Sasak. Maka satu-satunya jalan menggunakan bahan baku lain seperti limbah batok kelapa,” ungkap Lalu Surya Bakti yang ditemui dikediamannya, kemarin (26/4).
Sembari menyeruput secangkir kopi hitam, Surya pun menceritakan awal mulai dirinya berkiprah menjadi perajin limbah batok kelapa. Ia terjun menjadi perajin pada tahun 2020, dimana kala itu merebak pandemi Covid-19 yang membuat dirinya harus berhenti menjadi pegawai di salah satu koperasi swasta ternama di Kota Mataram.
“Dihadapkan dengan kondisi lockdown, ruang terbatas sementara kebutuhan keluarga terus berjalan,” ungkap pria yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu.
Surya pun memilih menjadi perajin olahan limbah batok kelapa. Kerajinan pertama yang dibuat adalah kendi atau tempat minum khas Sasak. Hanya beberapa yang dibuat kala itu. Kemudian, ia mencoba mempromosikan melalui media sosial. Siapa sangka kerajinan kendi bahan batok itu pun diminati.
“Dari medsos ini mulai dilirik pasar, hingga disorot beberapa dinas terkait,” tambah Surya yang pernah wara wiri sebagai sales penjual obat Mak Erot dan marketing Forex Trading ini.
Diakui, membuat kendi dari bahan batok kelapa tak begitu sulit. Tidak hanya bahan baku yang masih melimpah, latar belakang keluarga yang membuat kerajinan gerabah sangat membantunya. Mulai dari kendi, teko, periuk, sendok, gelas, mangkok dan celengan. Terbaru ia berinovasi dengan membuat lampu tidur berbentuk kendi, jam dinding, miniatur sepeda dan motor vespa.
“Sama-sama di bidang kerajinan hanya bahan baku saja yang beda,” kata bapak tiga anak ini.
Tiga tahun berjalan, usaha kerajinan yang digeluti Surya semakin membuahkan hasil. Produk kerajinan batok kelapa miliknya banyak dikirim ke Sulawesi Tenggara, Papua dan Jakarta Selatan. Bahkan tembus ke pasar luar negeri seperti Turki, Qatar dan Belanda.
“Kebanyakan yang pesan ini kendi dan lampu tidur, baru-baru ini pesan miniatur sepeda dan motor vespa,” kata Surya.
Banyaknya peminat yang menggandrungi kerajinan batok kelapa miliknya, tidak hanya dari keterjangkauan harga saja yang mulai dari Rp 3 ribu hingga Rp 300 ribu per buah. Menggunakan bahan yang alami dan awet memberikan daya tarik tersendiri, sehingga Surya hanya menonjolkan sisi natural dari produknya.
“Dijamin aman dipakai untuk makan dan minum, finishing bagian luar saja, kalau dalamnya hanya cukup diampelas,” tutup pria yang merupakan Kadus setempat. (ewi/r5)