Jumat, 9 Juni 2023
Jumat, 9 Juni 2023

Tangani Sampah di Gili, Dinas LHK NTB Akan Dampingi Pemda Lombok Utara

MATARAM-Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB akan melakukan pendampingan kepada Pemda Lombok Utara (Lotara). Terkait pengelolaan sampah di kawasan Gili Trawangan, Meno, dan Air (Tramena).

”Ada direktif Bu Wagub juga untuk membantu Dinas LH Lotara. Mungkin lebih kepada pendampingan,” kata Kepala Dinas LHK NTB Julmansyah.

Julmansyah menyebut ada beberapa hal yang akan dilakukan Dinas LHK NTB untuk membantu pengelolaan sampah di tiga gili. Salah satunya mengenai penataan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS3R).

Dinas LHK sebelumnya telah membuat satu unit pengolahan sampah biokonversi black soldier fly (BSF) atau maggot di Lotara. Hanya saja, cara ini sulit diterapkan jika ditempatkan di kawasan Gili Tramena.

Baca Juga :  170 Sapi Lobar Suspek PMK, Ini Langkah Disnakkeswan NTB

Kata Jul, maggot bisa saja berfungsi untuk mengolah sisa-sisa makanan maupun sampah organik lainnya dari Gili Trawangan. Namun, tidak bisa maksimal karena tidak didukung dengan sumber air yang layak.

Kebutuhan air di tiga gili masih mengandalkan air tanah yang mengandung garam. Kondisi ini membuat maggot atau larva dari BSF tidak berkembang. Bahkan bisa mengakibatkan kematian yang banyak.

”Kandungan airnya itu ada garamnya. Membuat larva cepat mati dan tidak berkembang,” jelas Jul.

Masalah sampah di tiga gili tidak saja menjadi atensi Dinas LHK NTB. Sampah juga  jadi fokus pembenahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). ”Masalah sampah harus segera ditangani, karena di pariwisata, syarat utama agar nyaman itu harus bersih,” kata Staf Khusus Menteri Bappenas Ervan Maksum.

Baca Juga :  Wagub Ummi Rohmi Pimpin Upacara HUT RI Ke-76 di Lapangan Bumi Gora

Pengelolaan sampah di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) masih menjadi masalah utama di Gili Trawangan. Polanya masih menggunakan pembakaran dengan mesin insinerator. Yang menurut Ervan tidak cocok untuk diterapkan di destinasi wisata.

Karena itu, pendekatan yang akan dilakukan Bappenas, kata Ervan, dengan menggunakan teknologi refused derived fuel (RDF). Sampah akan melalui proses homogenizers menjadi ukuran lebih kecil atau dibentuk menjadi pelet.

Dengan teknologi RDF, industri pariwisata dan rumah tangga di Gili Trawangan yang menghasilkan sampah, harus melakukan pemilahan. Cara ini disebut Ervan, telah diterapkan di Bali.

”Di Bali dengan RDF, dipilah. Ini sudah terbukti dan murah. Untuk pariwisata itu paling cocok,” ujarnya. (dit/r5)

Berita Terbaru

Paling Sering Dibaca

Subscribe for notification