Kamis, 8 Juni 2023
Kamis, 8 Juni 2023

Gubernur Sebut Dua Hal Ini Jadi Penyebab Tingginya Angka Inflasi NTB

MATARAM-Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) harus bekerja kerja keras menurunkan angka inflasi di NTB yang tembus hingga 6,30 persen per Februari 2023. Yang lebih tinggi dibanding rata-rata inflasi nasional sebesar 5,47 persen.

Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengatakan, tingginya inflasi disebabkan dua hal. Pertama kenaikan harga beras. Kedua harga tiket pesawat dari Lombok menuju Bima atau sebaliknya. ”Ini serba salah sebenarnya. Terutama untuk beras ya,” kata Zul usai rakor mengenai hambatan penanganan inflasi, Senin (27/3).

Harga beras di Provinsi NTB mengalami kenaikan. Akibat kurangnya stok gabah di pasar lokal. Kondisi ini disebabkan banyaknya petani memilih melempar gabah maupun beras ke wilayah Pulau Jawa karena harganya yang tinggi.

Apa yang dilakukan petani NTB, disebut Zul merupakan hal lumrah. Ketika harga beras tinggi di Pulau Jawa, petani akan memprioritaskan pasar tersebut untuk meraup untung lebih banyak, dibandingkan dengan harus menjual beras di wilayah NTB.

”Akibatnya di sini jadi kurang beras. Kalau barangnya sedikit, harga akan relatif tinggi,” sebutnya.

Zul mengatakan pemprov masih mencari cara agar petani bisa tetap menikmati kenaikan harga. Namun, jangan sampai seluruh beras dan gabah dari NTB dibawa ke luar daerah. Sehingga tidak ada stok untuk konsumsi masyarakat di daerah sendiri.

Baca Juga :  Bebas Visa, NTB Siap Sambut Lebih Banyak Wisman

”Makanya perlu diatur dengan Bulog. Karena NTB ini kan dikenal dengan lumbung pangan,” tutur Zul.

Ia meyakini masalah inflasi yang ditimbulkan dari kenaikan harga beras bisa teratasi. Dengan tetap tidak merugikan petani dari NTB. ”Iya harus dicari caranya. Bukan ujug-ujug melarang pengiriman ke luar daerah,” jelasnya.

Adapun mengenai harga tiket pesawat ke Bima, lebih disebabkan minimnya kompetitor. Padahal mobilitas masyarakat untuk terbang dari Bima sangat tinggi. Namun, hanya ada satu maskapai yang melayani penerbangan dengan rute Lombok-Bima dan sebaliknya.

Pemprov berupaya untuk menyiasati kondisi tersebut. Apalagi saat ini mendekati masa liburan Idul Fitri. Yang diperkirakan terjadi lonjakan penumpang melalui jalur udara. ”Kalau frekuensi pesawatnya banyak, tentu harganya akan kompetitif,” tandas Zul.

Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat inflasi year on year di Februari 2023 mencapai 6,30 persen. Ini merupakan gabungan inflasi di Kota Mataram dan Kota Bima. Angkanya lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 5,47 persen.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB Fathul Gani mengakui jika keluarnya gabah ke luar daerah kurang terkendali. ”Tapi yang bisa mengecek arus keluar barang itu ranahnya di (dinas) perdagangan,” kata Fathul.

Baca Juga :  NTB Tercepat Sebarkan Vaksinasi, Semua Langsung Diserap

Hingga Maret ini, produktivitas padi di Provinsi NTB cukup memadai. Total sekitar 880 ribu ton gabah telah dipanen hingga bulan ini. Distanbun juga telah mengecek ketersediaan di gudang-gudang milik Bulog.

Untuk itu, Fathul berharap keluarnya gabah dari NTB tidak bisa terlalu tinggi. Apalagi hingga melupakan stok ketersediaan di pasar lokal. ”Itu juga mengindikasikan sebenarnya kita dalam situasi baik-baik saja,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) NTB Lalu Mohammad Faozal mengatakan, pihaknya terus berupaya agar hadir maskapai lain, yang melayani rute penerbangan Lombok-Bima. Sebagai kompetitor dari WingsAir.

”Supaya ada pilihan. Ketika demand naik, supply atau penyedianya ada. Sehingga harga bisa lebih rendah,” kata Faozal.

Slot rute Lombok-Bima tidak hanya dimiliki WingsAir. Ada maskapai Citilink maupun NamAir, yang sebenarnya masih memiliki slot penerbangan. Hanya saja, kedua maskapai ini tidak beroperasi karena terkendala teknis. Salah satunya soal ketersediaan pesawat.

Kata Faozal, CitiLink kesulitan menyediakan pesawat jenis ATR. Maskapai masih menunggu migrasi pesawat dari Garuda Indonesia, untuk bisa digunakan pada rute penerbangan Lombok-Bima.

”Masih ada sisa 4 pesawat yang lagi ditunggu migrasinya dari Garuda (Indonesia) ke Citilink, tapi belum juga terlaksana,” tandasnya. (dit/r5)

Berita Terbaru

Paling Sering Dibaca

Subscribe for notification