MATARAM-Sebagai partai pendatang baru, Partai Gelora dinilai tidak mudah mendapat dukungan suara publik. Selain proses branding yang diperkirakan butuh waktu lama, persaingan berburu dukungan juga bakal sengit.
Sekalipun salah satu pentolan Gelora yakni Fahri Hamzah berasal dari NTB, namun hal itu tidak otomatis membuat NTB jadi lumbung suara partai Gelora. Mengingat partai lain juga dipastikan telah menyiapkan strategi dan manuver politik agar dapat mendulang suara di NTB.

Sebut saja, Perindo yang menunjuk mantan Gubernur NTB dua periode TGB HM Zainul Majdi sebagai pengurus teras di pusat. Begitu pula partai-partai seperti Golkar, Gerindra, PPP, hingga PKS yang mengisi papan atas partai besar di NTB tidak akan tinggal diam.
Menanggapi hal itu, Ketua DPW Partai Gelora NTB Lalu Fahrurrozi punya pandangan dan keyakinan sendiri, terkait peluang partainya bertengger di papan atas. “Beberapa rilis survei terpercaya menunjukkan bahwa 92,3 persen publik menyatakan tidak ada kedekatan dengan partai politik tertentu atau party id yang rendah,” katanya, kemarin (23/3).
Hasil survei ini paling tidak menunjukkan dua hal penting. Pertama, menuruti Ojie, ini menjadi peluang bagi partai baru mendapatkan simpati dan dukungan dari pemilih. “Kalau mengacu hasil survei itu peluangnya sangat tinggi,” ujarnya.
Kedua, survei itu menunjukkan kegagalan partai lama melakukan konsolidasi pemilih. Sehingga gagal dalam membangun kesetiaan terhadap warna dan garis ideologinya.
“Partai Gelora sebagai partai baru membaca fenomena tersebut sebagai momentum merebut simpati pemilih,” ulasnya.
Ia melihat kesempatan migrasi dukungan dari pilihan partai yang lama, ke Gelora sangat terbuka. “Sekaligus kesempatan membentuk basis fans ideologis juga sangat terbuka,” urainya.
Peluang sangat terbuka ini membuatnya sangat percaya diri dengan membawa narasi dan gagasan Indonesia Superpower baru. “Partai gelora menawarkan narasi itu, menawarkan semacam ‘nasionalisme baru’ yang memberikan kebanggaan pada setiap anak bangsa,” katanya.
Sekaligus juga melalui narasi itu, partai Gelora ingin membangun basis ideologis partai yang dikonsolidasi melalui konsolidasi narasi. Dengan demikian, partai Gelora turut berkontribusi dalam demokrasi yang sehat. “Prinsip partai Gelora, memenangkan pemilu dengan menyehatkan kualitas demokrasi kita,” ujarnya.
Dikatakan bahwa apa yang telah dilakukan pada, 18-19 Maret kemarin dengan kedatangan ketua umum partai Gelora Anis Matta punya tujuan memperluas basis ideologis partai. Di mana hal itu memiliki narasi dan persepsi terkait arah baru bangsa. “Sekaligus menyegarkan konsolidasi struktur dan Caleg yang dilakukan selama ini. Dengan melihat geliat massa di setiap acara maka kemenangan partai Gelora pada 2024 di NTB terasa makin dekat,” optimisnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Gelora Anis Matta dalam orasi politiknya di lapangan Tugu, Selong, Lombok Timur mengatakan ingin mengirim lebih banyak orang NTB seperti Fahri Hamzah ke Senayan, Jakarta (baca: DPR RI). Menurutnya, satu kursi Senayan setara dengan satu tanda tangan yang dapat mengubah kebijakan bagi rakyat Indonesia.
“Jadi kita ingin mengirimkan kembali orang-orang terbaik dari NTB menjadi para penyusun kebijakan di Senayan. Supaya mereka bisa membuat tanda tangan, yang akan mengubah kehidupan seluruh rakyat Indonesia,” katanya.
Anis Matta berharap agar tokoh-tokoh NTB tidak sekedar menjadi Anggota DPR saja, tetapi juga menjadi pemimpin-pemimpin dunia. Ia lantas memperkenalkan beberapa Bacaleg Gelora yang akan tampil di DPR RI melalui Dapil 1 dan 2 NTB. Antara lain Fahri Hamzah, Rofi’ Munawar, dan Lalu Pahrurrozi. (zad/r2)