PRAYA-Hampir setiap bulan kecelakaan lalu lintas terjadi di jembatan Dusun Pemepek Desa Pemepek, Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah ini, terjadi. Warga di dekat lokasi kejadian, sudah tidak bisa menghitung, berapa nyawa yang melayang, berapa jenis kendaraan yang terguling, terjatuh dan tertabrak.
“Kalau jenis puso (Truk) saja, sudah 15 unit. Itu yang terjadi tahun lalu,” kata salah satu warga, yang juga pemilik bengkel aki Muhammad Suharto pada Lombok Post, kemarin (13/2).

Kejadian terakhir, kata Suharto hari ini (Rabu, kemarin). Ia menceritakan, kecelakaan tersebut terdengar jelas, sekitar pukul 03.00 Wita dini hari. Ia mengaku, tidak berani keluar. Itu karena, sudah terlalu sering membantu korban kecelakan. Ada yang kakinya patah, kepala yang terlindas ban mobil, hingga peristiwa nahas lainnya.
Puso nomor polisi P 8096 UX, yang datang dari arah barat menuju timur tersebut, lanjut Suharto tidak bisa menaiki tanjakan. Alhasil, mobil tidak bisa dikendalikan, hingga ekor mobil nyungsep. Untungnya, tidak jatuh ke jurang. Satu orang sopir dan kernet, selamat.
Pantauan Lombok Post, puso mengangkut mesin air, semen, besi dan alat-alat proyek. Para warga membantu menurunkannya, ada juga yang sibuk mengambil foto, sekedar melihat-lihat saja hingga saling bertanya satu sama lain. Kendaraan dari arah Mataram, lalu dari arah Lombok Timur mengurangi kecepatannya.
Kemacetan juga tidak bisa dihindari, tidak ada personel kepolisian yang mengatur lalu lintas. Kecuali, atas inisiatif warga setempat. “Ini kecelakaan perdana, di awal tahun ini. Biasanya, akan menyusul dengan yang lain,” lanjut Suharto lagi.
Yang paling sering terjadi, ungkapnya motor, sudah tidak terhitung berapa kali. “Kalau dari kesaksian para saksi mata yang selamat, jalan di jembatan ini terlihat lurus,” sambung warga lainnya Sapar, terpisah.
Padahal, lanjutnya akses jembatan satu-satunya ini, tikungan. Kalau pandangannya lurus, maka akan menambrak pembatas jembatan. Terkadang, pembatas terputus dan jatuh ke jurang. Sehingga, sudah tidak terhitung juga berapa kali, pembatas jembatan diperbaiki. “Kalau bahasa Sasak nya, simbit,” cetus pria yang kesehariannya sebagai tukang ojek tersebut.
Untuk itulah, pihaknya menyarankan agar setiap pengendara, yang melewati jembatan tersebut, membunyikan klakson kendaraannya, atau membaca ayat-ayat pendek. Dengan harapan, makhluk halus tidak mengganggu. “Kalau pengalaman membantu korban, bisa dikatakan mengerikan. Terkadang sampai terbawa mimpi,” ujar Sapar.(dss/r2)