SELONG-Kenaikan jumlah kasus terkonfirmasi positif dalam tiga pekan terakhir di Kabupaten Lombok Timur diimbangi dengan capaian vaksinasi Covid-19. Hal itu menjadi salah satu penyebab bertahannya Lotim di PPKM level 1 atau mendapat kategori memadai dalam tiga variabel indikator penentuan PPKM.
“Untuk mempertahankan itu, salah satu yang coba kita tingkatkan saat ini adalah capaian vaksinasi dosis kedua,” kata Kepala Dinas Kesehatan Lotim H Pathurrahman pada Lombok Post, Jumat (18/2).

Berbicara mengenai level PPKM, Pathurrahman menerangkan tentang upaya serius dalam menganalisa data di setiap indikator penilaian. Terutama dari tiga variabel besar berupa tranmisi penyakit, kapasitas respons, dan vaksinasi.
Dijelaskan, transmisi penyakit memiliki tiga sub indikator berupa angka konfirmasi positif, ketersediaan tempat tidur di rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 dan angka kematian. Selanjutnya, kapasitas respon meliputi tracing, testing, dan treatment.
“Dan terakhir capaian vaksinasi. Baik untuk umum, dosis satu-dua, dan lansia,” jelas Pathurrahman.
Sejak berada di PPKM level 3, kata Pathurrahman, ia selalu menganalisa setiap kekurangan yang ada. Pada saat Lotim mencapai PPKM level 1, upaya yang dilakukan adalah memaksimalkan tracing. Sebab pada saat itu, ternyata tingkat tracing sebagai sub indikator dari variabel kapasitas respons dinilai masih rendah.
“Dengan meningkatkan tracing, dibantu dengan pencapaian vaksinasi Covid-19, Lotim akhirnya meninggalkan PPKM level 2 ke level 1,” bebernya.
Menurut Pathurrahman, masyarakat mesti memahami dampak dari pemberlakuan PPKM tersebut. Sebab dengan kategori PPKM level 1, aktivitas masyarakat secara langsung bisa berjalan secara normal kembali. Baik di sektor ekonomi, pendidikan, dan juga kesehatan.
“Ini menjadi syarat utama sekolah dalam menerapkan pembelajaran tatap muka penuh,” tuturnya.
Pathurrahman berharap Lotim bisa terus bertahan di PPKM level 1. Apalagi jika melihat sudah ada tiga daerah di NTB yang kembali ke level 3.
Kendati kasus konfirmasi positif di Lotim meningkat, namun hal itu diimbangi dengan capaian vaksinasi Covid-19 yang sudah mencapai 90 persen lebih untuk dosis pertama. Dampaknya adalah warga yang terpapar Covid-19 rata-rata bergejala ringan. Sehingga tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.
“Hal itu juga mempengaruhi sub indikator lainnya seperti ketersediaan tempat tidur dan angka kematian,” tegasnya.
Kata Pathurrahman, yang menjadi ancaman saat ini adalah capaian dosis kedua. Ia berharap, dalam waktu dekat pihaknya dapat segera mencapai 70 persen untuk dosis kedua.
“Karena saat ini kita masih di angka 60 persen. Harapannya bisa 80 persen. Itu sudah bagus sekali,” jelas Pathurrahman. (tih/r5)