Program unggulan zero waste yang digagas Wakil Gubernur NTB Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah kembali jadi sorotan. Hal ini dipicu oleh kembali munculnya pertanyaan seputar hasil dari program, setelah sekitar 2,5 tahun berjalan. Hingga puncaknya, belakangan muncul dugaan program itu tempat pencucian uang.
Pemprov NTB merespons program ini dengan sangat baik. Hal ini sejalan dengan upaya pemda dalam mengkampayekan lingkungan asri dan lestari melalui program NTB bebas sampah (zero waste) di seluruh penjuru wilayah termasuk di pelosok-pelosok desa.
Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalilah angkat bicara soal program Zero Waste yang dianggap gagal dan tidak ada hasil kongkret oleh dewan. Bahkan dewan menilai program tersebut terkesan memboroskan anggaran APBD setiap tahunnya.
Para pemuda Desa Aik Darek, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah mengeluhkan persoalan sampah. Apalagi, sampah-sampah itu berserakan di lapangan sepak bola. Kondisi seperti itu, membuat mereka merasa tidak nyaman beraktivitas.
Lembaga Transformasi Hijau NTB menyoroti kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ijobalit di Lombok Timur. Menurutnya, pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lotim harus segera meningkatkan kapasitas TPA tersebut.
Ketua Tim Penelitian Universitas Bakrie Deffi Ayu Puspito Sari menjelaskan, program ini merupakan program penelitian kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Termasuk juga bagian dari pengabdian kepada masyarakat hasil penelitian dan purwarupa perguruan tinggi swasta dari Direktorat Jenderat Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Program Zero Waste sudah berjalan sejak tahun 2019, namun sampai hari ini tidak menunjukkan progress yang baik bagi masyarakat NTB. Terlebih program yang ditargetkan untuk mewujudkan lingkungan bersih dan pemanfaatan sampah tak tercapai.