TANJUNG-Memasuki musim kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KLU telah melakukan pemetaan titik potensi kekeringan. Tercatat 276 titik di KLU dipetakan sebagai wilayah berpotensi kekeringan tahun ini.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD KLU I Nyoman Juliada mengatakan, jumlah titik kekeringan tersebut bertambah dibanding sebelumnya. Pada 2021 lalu, BPBD mencatat 200 titik.

”Sekarang 276 titik,” ujarnya, Jumat(15/7).
Dikatakannya, BPBD menyikapi hal ini dengan menyusun SK Siaga Darurat Kekeringan. Hal ini menjadi dasar melakukan upaya penanggulangan berupa penyuplaian air bersih.
Warga yang membutuhkan air bersih nantinya mengajukan surat permohonan dari kepala dusunnya ke BPBD. Juliada mengatakan, sudah ada sejumlah permohonan air bersih yang masuk saat ini.
”Kami sudah distribusikan sekitar 50 tangki,” sambungnya.
Masalahnya, ketersediaan suplai air bersih tahun ini lebih kecil. Pada 2021, stok suplai air bersih BPBD sebanyak 1.000 tangki. Namun tahun ini hanya disiapkan 600 tangki, meski titik kekeringan lebih banyak.
”Kami melihat di beberapa titik lokasi sudah ada ketersediaan sumber mata air, nantinya itu akan dimanfaatkan dengan proses pipanisasi untuk dapat menyuplai air bersih ke warga terdampak,” jelasnya.
Lebih lanjut, puncak kekeringan dikatakan akan terjadi Agustus hingga Oktober mendatang. Wilayah yang paling terdampak berada di bagian timur KLU, yakni Kecamatan Kayangan dan Bayan.
”Potensi kekeringan merata di semua kecamatan, tapi terbanyak ada di Bayan dan Kayangan,” katanya.
BPBD juga telah menyiapkan posko layanan pengaduan kekeringan di dua titik. Yakni di Kecamatan Bayan dan Kantor BPBD di Tanjung. Dirinya berharap Pemdes juga ikut serta aktif dalam penanggulangan kekeringan ini. Salah satunya dengan membantu untuk menyiapkan tandon atau bak penampung pada titik wilayah kekeringan.
”Sehingga saat distribusi kami fokuskan pada satu titik untuk selanjutnya diakses masyarakat terdampak,” tandasnya.
Tokoh masyarakat Desa Mumbulsari, Kecamatan Bayan Iskandar mengatakan, kekeringan sudah terjadi sejak lama di desa tersebut. Namun belum lama ini BPBD telah membagikan terpal pada warga untuk membuat kolam penampungan air.
”BPBD akan membawakan air dengan menggunakan mobil tangki,” ujarnya.
Dikatakannya, kondisi saat ini masih belum menunjukkan kekeringan yang ekstrem. Masyarakat masih bisa memenuhi kebutuhan air untuk konsumsinya. Namun untuk pertanian, masyarakat di Kecamatan Bayan rata-rata mengandalkan air hujan.
”Kalau air untuk lahan, memang kering sejak dulu karena kita hanya mengandalkan hujan,” bebernya.
Dirinya berharap Pemerintah KLU bisa mengatasi kekeringan untuk lahan pertanian Bayan bagian atas. Seperti dibuatkan embung atau sejenisnya.
”Karena kalau beli air itu harganya sebesar Rp 125-150 ribu per truk,” pungkasnya. (fer/r9)