Jumat, 9 Juni 2023
Jumat, 9 Juni 2023

KSM Minta Lahan TPST Gili Air Segera Dimanfaatkan

TANJUNG-Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Gili Care Dusun Gili Air, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang meminta lahan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) segera dimanfaatkan. Hal ini lantaran sejak dibebaskan beberapa tahun silam, lahan itu mangkrak hingga saat ini. ”Lahan TPST ada tapi belum diapa-apain, hanya lahan saja. Kita mau taruh sampah belum bisa, karena belum ada penyerahan,” ujar Ketua KSM Gili Care H M Taufik, Senin (30/1).

Pihaknya berharap lahan TPST Gili Air segera dikelola sama seperti di TPST Gili Trawangan. Sebab aktivitas wisata di Gili Air juga cukup ramai. Meski tak seramai Gili Trawangan, namun volume sampah yang dihasilkan juga tidak bisa dikatakan sedikit.

Proses transfer sampah dari Gili Air ke Lombok tersebut dilakukan selama lima hari dalam sepekan. Pihaknya bertugas mengumpulkan dan memilah sampah organik dan sampah plastik. ”Setiap hari jam lima subuh itu kami sudah menumpuk plastik di dekat dermaga,” sambungnya.

Baca Juga :  Anggaran RTG Masih Terblokir, Pakai APBD Saja

Sampah residu yang tidak bisa digunakan kembali (reuse,Red) dan tidak bisa didaur ulang (recycle,Red) dikirim ke Lombok. ”Komitmennya pada jam 6.30 pagi, kapal tongkang sudah tiba dan mengangkut sampah ke luar dari gili,” bebernya.

Namun terkadang pihaknya dikecewakan petugas kapal tongkang. Petugas kapal pengangkut sampah ini datang tidak tepat waktu. Contohnya seperti Senin pekan lalu, sampah masih menumpuk hingga pukul 08.15 Wita. ”Padahal kita sudah sepakat dengan dinas, untuk meminimalisir keluhan wisatawan, sampah harus bersih sebelum mereka menikmati suasana gili di pagi hari,” terangnya.

”Bahkan sebagai bentuk komitmen kami, kami bersedia menambah retribusi dari Rp 8 juta menjadi Rp 10 juta per bulan,” imbuhnya.

Kesan retribusi yang disetorkan KSM Gili Care masih sedikit, jika melihat faktor gili sebagai tujuan wisata. Namun yang perlu diketahui publik, rata-rata pelanggan di Gili Air adalah rumah tangga dan usaha wisata bungalow. ”Di Gili Air, tidak ada pelanggan hotel berbintang seperti di Trawangan. Pelanggan dominan rumah tangga dan pedagang lokal dengan tarif 15 ribu per bulan,” jelasnya.

Baca Juga :  Separo Desa KLU Ingin Mekar

Operasional sampah di Gili Air tidak sama dengan di darat. KSM Gili Care harus menyewa tiga unit cidomo berikut kusir senilai Rp 2,5 juta per unit.

Selain itu, mereka juga harus menyewa satu unit kendaraan roda tiga Rp 4 juta per bulan. Ditambah lagi masih harus membayar honor bulanan para pengurus dan anggota di lapangan. ”Dengan jumlah pelanggan hanya 100 lebih dan tidak ada setoran yang besar, bisa dikatakan kami rugi waktu. Tapi kami tidak melihat finansial. Kami mau kerja hanya ingin melihat Gili ini bersih dari sampah,” pungkasnya. (fer/r9)

Berita Terbaru

Paling Sering Dibaca

Subscribe for notification